Senin, 11 November 2013

Cerita Pengantar Tidur

Logo Film Ghost Buster
     Malam ini hujan turun dengan derasnya, sesekali kilat menyambar disertai suara keras. Bunda dan anak semata wayangnya Puteri hanya tinggal berdua, sedangkan Dedi si ayah mendapatkan tugas ke luar kota. Bunda dan Puteri tidur di kamar atas, sambil membelai rambut Puteri yang bulan depan akan berulang tahun di usia ketiga, Bunda menyanyikan lagu pengantar tidur. Nyanyian lirih tapi merdu seakan mengalun seirama hujan yang mulai reda, lagu Nina Bobo adalah kesukaan Puteri sebelum tidur. Lonceng jam berdentang sebelas kali dari ruang keluarga terdengar lirih hingga kamar atas, sambil membelai rambut Puteri mata Bunda mulai terpejam. Suara rintik hujan di genting terasa seperti irama musik tanpa vocal, udara malam ini terasa cukup dingin sungguh nyaman untuk tertidur lelap. Walaupun Bunda mulai terasa mengantuk ia tidak dapat memejamkan mata sepenuhnya, padahal hari ini Bunda tidak terlalu banyak kegiatan semua sudah di selesaikan oleh Inah pembantunya sebelum pulang kampung. 
     Kemudian lonceng jam kembali berdentang dua belas kali, Bunda mulai mengatur posisi tidurnya agar nyaman sambil menatap wajah Puteri yang di cintainya itu. Wajah yang begitu polos seakan malaikat sedang tertidur lelap, wajah cantiknya merupakan obat di saat lelah karena usianya tidak lagi muda. Dedi dan Bunda mendapatkan Puteri sebagai suatu keajaiban luar biasa, Puteri di lahirkan saat usia mereka menjelang empat puluh tahun. Kelahiran Puteri membuat semangat hidup keluarga ini kembali menyala, semua waktu lebih dicurahkan kepada Puteri setiap saat, seakan tak ingin lepas melihat pertumbuhannya. Mata Bunda mulai memejam sejenak, perlahan waktu mengantarnya dalam alam antara sadar dan tertidur,
     Sesaat bunda mulai tertidur ia seperti mendengar suara Puteri sedang tertawa, puteri sepertinya sedang bermain dengan temannya. Tawa mereka begitu riang saling bercanda satu dengan, lalu terdengar anaknya dipanggil dengan menyebut namanya. Bunda tersentak seketika karena ini sudah tengah malam, tak mungkin Puteri sedang bermain ditengah malam begini. Bunda langsung terbangun seketika, dilihatnya ke samping masih terlihat Puteri sedang tertidur pulas. Bunda merasa tadi hanyalah mimpi saja, ia menatap sekeliling kamarnya suasana terasa sepi bahkan diluar pun tak terdengar suara apapun juga. Bunda merasa sedikit lega, ia kemudian membaringkan tubuhnya kembali dan berharap semua baik-baik saja.
     Lalu Bunda mulai terlelap kembali, dalam tidurnya Bunda bagaikan mimpi melihat Puteri sedang bermain Dakon bersama temannya berpakaian jawa kuno semacam kemben. Bunda hanya tersenyum karena ia sudah lama sekali tidak melihat permainan Dakon, lalu dilihatnya sekeliling terdapat rumah-rumah penduduk pedesaan, mereka semua memakai baju tradisional Jawa. Mereka semua tersenyum ramah pada Bunda, samar-samar terdengar seorang wanita melantunkan tembang lama berbahasa Jawa, Bunda tak begitu mengerti apa artinya. Bunda berjalan sambil melihat anaknya bermain bersama teman-temannya, suara canda tawa mereka sangat asyik seakan lepas dari semua masalah. Saat sedang berjalan seorang wanita tua mempersilahkan  Bunda duduk di kursi bambu besar dan panjang, biasa buat duduk beberapa orang sambil bercengkerama dan bercerita. Dengan ramah wanita tua mempersilahkan Bunda duduk, dilihatnya Puteri diajak bermain dilapangan sambil berlari-lari, Bunda merasa kuatir terjadi sesuatu ia berteriak memanggil anaknya agar tidak berlari jauh.
     Teriakan Bunda tidak didengar oleh Puteri, ia terus berlari dan mulai menjauh, Bunda mulai gelisah lalu berteriak sambil berlari mengejar Puteri. Ia berusaha mengejar tapi Bunda seperti tidak bergerak, semua terasa berat dan Puteri berlari menjauh. Dengan kepanikan Bunda terus berusaha mengejar dan terus berteriak, entah apa suara Bunda seakan tenggelam tertelan udara, dalam kepanikan Bunda mulai menangis memanggil-manggil nama anaknya. Seakan dalam kepasrahan Bunda menjerit sekuat tenaga, kemudian Bunda tersentak terbangun, ia mendapati dirinya masih berada didalam kamarnya sambil menghela nafas sedikit ia kembali memandang ke samping. Betapa terkejutnya Bunda melihat Puteri sudah tidak ada ditempatnya, saat itu jam berdentang dua kali memecah keheningan rumah. Saat itulah  Bunda mulai panik, dengan tergopoh-gopoh ia memandang ke sudut-sudut ruangan, Bunda memanggil nama anaknya tapi tak ada sahutan.
      Bunda tergopoh-gopoh membuka pintu kamar mencari-cari anaknya, lalu dilihatnya diruang tamu seperti ada yang menyalakan televisi. Dengan cepat Bunda menuruni tangga menuju ruang keluarga, disitu dilihatnya Puteri menonton televisi sambil memeluk boneka beruang biru kesayangannya. Bunda bertanya kepada Puteri kenapa ia bangun malam-malam, Puteri hanya menjawab jika ia sedang menemani teman-temannya menonton televisi. Bunda heran karena tidak ada siapapun selain mereka berdua, dengan gelisah Bunda kembali bertanya pada Puteri siapa mereka. Puteri hanya menunjuk dengan telunjuknya, Bunda melihat tempat yang ditunjuk tampak kosong. Tapi beberapa saat ia Bunda melihat beberapa bayangan seperti anak kecil berlarian mengelilinginya, terdengar suara tawa mereka begitu riang. Pandangan mata Bunda seperti dalam mimpi, ia seakan-akan berada di suatu tempat di pedesaan, sekejap ia berada dalam ruang keluarga. 
     Tangan Bunda mengusap-usap matanya seakan tak percaya, ia agak sedikit lega karena masih berada didalam rumah diruang tamu. Kemudian Bunda menundukkan kepalanya, kembali dilihatnya lantainya berubah menjadi tanah, dengan cepat ia mengalihkan pandangannya dilihatnya ia sudah berada di pedesaan kembali. Suasananya sama persis seperti mimpi yang ia alami barusan, Bunda menutup matanya sambil berharap ia hanya bermimpi, lalu saat ia membuka matanya kembali berada di ruang keluarga. Bunda menghela nafas, saat menghembuskan nafas panjang ia menatap ke langit, tampaklah langit cerah terlihat dimatanya. Bunda sangat terkejut, nafasnya mulai tak  beraturan, kepalanya terasa berat dan berputar-putar. Ia seakan berada dalam dua dunia, dengan sekuat tenaga ia berusa menggapai Puteri tapi langkahnya sangat lemah, tak lama ia terjatuh sambil memanggil nama Puteri. Dalam keadaan samar-samar ia melihat Puteri memeluk dirinya sambil memanggil namanya, sesekali ia seakan berpindah ruang dan waktu, sekejap didalam ruang keluarga sekejap pula ia berada di pedesaan dan ada beberapa orang menolongnya dengan berbahasa Jawa halus. Bunda sudah tak kuat lagi hingga semuanya terasa gelap perlahan-lahan....

-The End-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar