Rabu, 27 November 2013

Koleksi Foto Diecast: First Class Hot Wheels

Saya sebenarnya lebih menyukai Diecast keluaran Tomica dan Greenlight karena detailnya yang begitu baik, pembelian Hot Wheels pertama model Formula 1 warna merah kemudian mobil polisi berwarna biru. Beberapa koleksi saya tinggal di Jogja dan kemudian menetap di Samarinda, setelah iseng membelikan 2 Hot Wheels untuk keponakan karena ada lomba jadi tertarik untuk memburu Hot Wheels. Apalagi bisa menemukan edisi Treasure Hunt atau Super Treasure Hunt tentu sangat menyenangkan, begitu dapat langsung disimpan tanpa perlu membuka bungkusnya. Untuk saat ini membeli Hot Wheels lebih untuk hobi fotografi, cari yang eye catching untuk di foto akan sangat menarik untuk dinikmati. Ini adalah Hot Wheels pertama dengan kamera DLSR Nikon pinjaman tapi saya sendiri lupa ini mobil apa:




Selasa, 19 November 2013

Rak Buku Unik

     Sedang berkhayal kalo punya rumah sendiri biarpun sangat sederha dan simpel banget, tapi didalamnya sangat nyaman terus lain daripada yang lain. Sambil iseng browsing Kaskus nemu Thread tentang Rak buku unik, asyik juga kalo punya rak unik di rumah kecil. Karena penasaran terus surfing di mbak Gugel dapet deh beberapa foto rak unik buat inspirasi... nie contohnya:


Bukunya di gantung gitu... 

Rumahnya tukang ledeng nie kayakna...

Pasti orangnya romantis

Tipi jadoel jadi rak buku... ide manis...

Baca sambil nyantai...

Tumpukan gelas neh...

Pawang ular suka baca buku

Mirip bola nembus dinding

Bagus konsepnya

Kayak rumah keong

Mirip di dapur restoran

Bisa buat romantis sambil baca buku

Cocok nie buat sante

Asyik bisa baca sambil tidur

Hemm.....
Pictures: Google
Idea: Kaskus

Selasa, 12 November 2013

Kisah Olin Sepulang Sekolah

Pada suatu ketika di Sekolah Dasar saat sekolah usai, semua murid2 sudah dijemput satu persatu. Sekolah mulai tampak sepi, guru2 pun sudah pulang. Hari semakin sore lalu turunlah gerimis, ada seorang guru bernama Ida belum pulang. Saat jam menunjukkan pukul 16.30 bu Ida mengemasi barangnya, saat hendak keluar ruang guru matanya menatap ke ujung pintu gerbang. Lalu didapatinya ada seorang murid perempuan duduk sambil membaca buku, dalam hati ia bertanya mengapa jam segini belum pulang. Sebagai guru yang baik ia kemudian menghampirinya dan bertanya 
"namamu siapa?" Anak itu menjawab 
"Olin bu" sambil menutup bukunya. 
"Ayah ato ibumu akan menjemputmu?" Olin hanya tersenyum simpul & diam saja. Bu Ida kembali bertanya 
"punya hape buat telpon orang tuamu?" 
"Tidak punya" Olin menjawab sambil tersenyum. Di jaman seperti ini anak SD sudah biasa membawa hape, tapi tampaknya anak ini berbeda. Jika pun dilihat Olin bukan anak tidak mampu, dari tas yang dibawa juga bukan anak biasa, bu Ida memperhatikan gesture anak ini tidak seperti anak kebanyakan. Olin kembali membuka buku lain, bu Ida menemani disampingnya sambil menatap rintik hujan. Saat jam mendekati pukul 17.00 bu Ida mulai kuatir karena Olin belun juga di jemput 
"Olin, bagaimana jika ibu antar pulang?" 
"Tidak usah bu, Olin pasti di jemput" tak berapa lama kemudian ada sebuah mobil memasuki gerbang lalu berhenti, dari dalam keluar seorang agak tua berpakaian rapi dengan postur tubuh tegap. Pria ini cukup tua untuk menjadi ayah bagi Olin, kali ini bu Ida ingin sekali memberi nasehat karena membiarkan Olin menunggu lama. 
"Kakek kok lama sie jemput Olin?" Bu Ida agak terkejut yang datang bukan ayahnya 
"maaf ya Olin sayang, tadi kakek nganter nenek ke Rumah Sakit mendadak" kemudian kakek memeluk Olin sambil memcium kedua pipinya. 
"Nenek sakit ya kek?" 
"Nenekmu sakit perut karena nyoba resep baru" bu Ida kemudian menyela 
"maaf, saya bu Ida salah guru di sekolah ini, kalo boleh tau kenapa bukan orang tuanya yang menjemput?" Seketika itu wajah kakek sedikit berubah lalu menatap ke arah Olin sambil menghela nafas 
"ayah & ibu Olin ada di...." belum selesai Olin berkata kakek menyelanya sambil mengusap rambutnya 
"kakek saja yang menjelaskan ya sayang" Olin mengangguk. Dengan sedikit menarik nafas kakek menatap wajah bu Ida 
"maaf bu, ini bukan hal mudah untuk dijelaskan, awalnya sulit bagi kami semua untuk mengatakan pada cucu kami saat ia bertanya kemana ayah & ibunya, bukan hal gampang pula bercerita saat Olin mendapatkan cerita dari yang dia dengar..." kakek berhenti sejenak sambil menatap Olin, Olin hanya tersenyum sambil menganggukkan kepala agar kakeknya meneruskan ceritanya 
"... ibunya tiada saat melahirkan Olin sedangkan ayahnya kecelakaan saat pulang tugas menuju RS..." bu Ida sangat terkejut mendengar itu, bukan hal mudah bagi Olin menerima kenyataan dalam umurnya yang masih kecil. Rasanya ingin menangis karena ia tau bagaimana rasa kehilangan, bu Ida berusaha menahan air matanya sambil sedikit berjongkok ia berkata 
"maafkan ibu tidak tau semua ini" kemudian ia memeluknya, Olin memeluk erat tubuh bu Ida, ada rasa hangat mengalir ke tubuh bu Ida 
"Ibu tidak usah kuatir, ayah & ibu Olin menjagaku dari surga sebagai malaikat pelindung Olin" 
tak berapa lama kemudian setelah berpelukan Olin menggandeng tangan kakeknya. Bu Ida melihat dari belakang punggung mereka, dalam bayanganya Olin seperti lebih besar sedang berjalan bersama kakeknya. Dilihatnya ke arah langit dalam hati 
"ayah... ibu.... mungkin kalian sudah bertemu dengan orang tua Olin, maafkan Ida belum bisa menjadi ibu dan guru yang baik seperti kalian... aku akan berusaha lebih memperhatikan lagi"

Senin, 11 November 2013

Cerita Pengantar Tidur

Logo Film Ghost Buster
     Malam ini hujan turun dengan derasnya, sesekali kilat menyambar disertai suara keras. Bunda dan anak semata wayangnya Puteri hanya tinggal berdua, sedangkan Dedi si ayah mendapatkan tugas ke luar kota. Bunda dan Puteri tidur di kamar atas, sambil membelai rambut Puteri yang bulan depan akan berulang tahun di usia ketiga, Bunda menyanyikan lagu pengantar tidur. Nyanyian lirih tapi merdu seakan mengalun seirama hujan yang mulai reda, lagu Nina Bobo adalah kesukaan Puteri sebelum tidur. Lonceng jam berdentang sebelas kali dari ruang keluarga terdengar lirih hingga kamar atas, sambil membelai rambut Puteri mata Bunda mulai terpejam. Suara rintik hujan di genting terasa seperti irama musik tanpa vocal, udara malam ini terasa cukup dingin sungguh nyaman untuk tertidur lelap. Walaupun Bunda mulai terasa mengantuk ia tidak dapat memejamkan mata sepenuhnya, padahal hari ini Bunda tidak terlalu banyak kegiatan semua sudah di selesaikan oleh Inah pembantunya sebelum pulang kampung. 
     Kemudian lonceng jam kembali berdentang dua belas kali, Bunda mulai mengatur posisi tidurnya agar nyaman sambil menatap wajah Puteri yang di cintainya itu. Wajah yang begitu polos seakan malaikat sedang tertidur lelap, wajah cantiknya merupakan obat di saat lelah karena usianya tidak lagi muda. Dedi dan Bunda mendapatkan Puteri sebagai suatu keajaiban luar biasa, Puteri di lahirkan saat usia mereka menjelang empat puluh tahun. Kelahiran Puteri membuat semangat hidup keluarga ini kembali menyala, semua waktu lebih dicurahkan kepada Puteri setiap saat, seakan tak ingin lepas melihat pertumbuhannya. Mata Bunda mulai memejam sejenak, perlahan waktu mengantarnya dalam alam antara sadar dan tertidur,
     Sesaat bunda mulai tertidur ia seperti mendengar suara Puteri sedang tertawa, puteri sepertinya sedang bermain dengan temannya. Tawa mereka begitu riang saling bercanda satu dengan, lalu terdengar anaknya dipanggil dengan menyebut namanya. Bunda tersentak seketika karena ini sudah tengah malam, tak mungkin Puteri sedang bermain ditengah malam begini. Bunda langsung terbangun seketika, dilihatnya ke samping masih terlihat Puteri sedang tertidur pulas. Bunda merasa tadi hanyalah mimpi saja, ia menatap sekeliling kamarnya suasana terasa sepi bahkan diluar pun tak terdengar suara apapun juga. Bunda merasa sedikit lega, ia kemudian membaringkan tubuhnya kembali dan berharap semua baik-baik saja.
     Lalu Bunda mulai terlelap kembali, dalam tidurnya Bunda bagaikan mimpi melihat Puteri sedang bermain Dakon bersama temannya berpakaian jawa kuno semacam kemben. Bunda hanya tersenyum karena ia sudah lama sekali tidak melihat permainan Dakon, lalu dilihatnya sekeliling terdapat rumah-rumah penduduk pedesaan, mereka semua memakai baju tradisional Jawa. Mereka semua tersenyum ramah pada Bunda, samar-samar terdengar seorang wanita melantunkan tembang lama berbahasa Jawa, Bunda tak begitu mengerti apa artinya. Bunda berjalan sambil melihat anaknya bermain bersama teman-temannya, suara canda tawa mereka sangat asyik seakan lepas dari semua masalah. Saat sedang berjalan seorang wanita tua mempersilahkan  Bunda duduk di kursi bambu besar dan panjang, biasa buat duduk beberapa orang sambil bercengkerama dan bercerita. Dengan ramah wanita tua mempersilahkan Bunda duduk, dilihatnya Puteri diajak bermain dilapangan sambil berlari-lari, Bunda merasa kuatir terjadi sesuatu ia berteriak memanggil anaknya agar tidak berlari jauh.
     Teriakan Bunda tidak didengar oleh Puteri, ia terus berlari dan mulai menjauh, Bunda mulai gelisah lalu berteriak sambil berlari mengejar Puteri. Ia berusaha mengejar tapi Bunda seperti tidak bergerak, semua terasa berat dan Puteri berlari menjauh. Dengan kepanikan Bunda terus berusaha mengejar dan terus berteriak, entah apa suara Bunda seakan tenggelam tertelan udara, dalam kepanikan Bunda mulai menangis memanggil-manggil nama anaknya. Seakan dalam kepasrahan Bunda menjerit sekuat tenaga, kemudian Bunda tersentak terbangun, ia mendapati dirinya masih berada didalam kamarnya sambil menghela nafas sedikit ia kembali memandang ke samping. Betapa terkejutnya Bunda melihat Puteri sudah tidak ada ditempatnya, saat itu jam berdentang dua kali memecah keheningan rumah. Saat itulah  Bunda mulai panik, dengan tergopoh-gopoh ia memandang ke sudut-sudut ruangan, Bunda memanggil nama anaknya tapi tak ada sahutan.
      Bunda tergopoh-gopoh membuka pintu kamar mencari-cari anaknya, lalu dilihatnya diruang tamu seperti ada yang menyalakan televisi. Dengan cepat Bunda menuruni tangga menuju ruang keluarga, disitu dilihatnya Puteri menonton televisi sambil memeluk boneka beruang biru kesayangannya. Bunda bertanya kepada Puteri kenapa ia bangun malam-malam, Puteri hanya menjawab jika ia sedang menemani teman-temannya menonton televisi. Bunda heran karena tidak ada siapapun selain mereka berdua, dengan gelisah Bunda kembali bertanya pada Puteri siapa mereka. Puteri hanya menunjuk dengan telunjuknya, Bunda melihat tempat yang ditunjuk tampak kosong. Tapi beberapa saat ia Bunda melihat beberapa bayangan seperti anak kecil berlarian mengelilinginya, terdengar suara tawa mereka begitu riang. Pandangan mata Bunda seperti dalam mimpi, ia seakan-akan berada di suatu tempat di pedesaan, sekejap ia berada dalam ruang keluarga. 
     Tangan Bunda mengusap-usap matanya seakan tak percaya, ia agak sedikit lega karena masih berada didalam rumah diruang tamu. Kemudian Bunda menundukkan kepalanya, kembali dilihatnya lantainya berubah menjadi tanah, dengan cepat ia mengalihkan pandangannya dilihatnya ia sudah berada di pedesaan kembali. Suasananya sama persis seperti mimpi yang ia alami barusan, Bunda menutup matanya sambil berharap ia hanya bermimpi, lalu saat ia membuka matanya kembali berada di ruang keluarga. Bunda menghela nafas, saat menghembuskan nafas panjang ia menatap ke langit, tampaklah langit cerah terlihat dimatanya. Bunda sangat terkejut, nafasnya mulai tak  beraturan, kepalanya terasa berat dan berputar-putar. Ia seakan berada dalam dua dunia, dengan sekuat tenaga ia berusa menggapai Puteri tapi langkahnya sangat lemah, tak lama ia terjatuh sambil memanggil nama Puteri. Dalam keadaan samar-samar ia melihat Puteri memeluk dirinya sambil memanggil namanya, sesekali ia seakan berpindah ruang dan waktu, sekejap didalam ruang keluarga sekejap pula ia berada di pedesaan dan ada beberapa orang menolongnya dengan berbahasa Jawa halus. Bunda sudah tak kuat lagi hingga semuanya terasa gelap perlahan-lahan....

-The End-

Minggu, 10 November 2013

Mini Trip At Mahakam River: Death Playground

     Dengan berbekal kamera aku dan istriku jalan2 di pagi hari jelang siang, sambil menikmati hari libur setelah enam hari kerja. Cukuplah menikmati pemandang dari tepian Mahakam sampai kami berdua sampai pada sebuah taman bermain. Taman bermain ini tampaknya sudah tidak begitu terawat lagi, sungguh disayangkan sekali jika tidak ada perhatian dari pemda untuk memberikan hiburan bagi warganya. Buat apa membangun sebuah taman bermain entah itu dikelola swasta ato pemerintah jika tidak terawat, salah satu hal yang bisa membuat kita betah adalah hiburan dan taman teduh di beberapa sudut kota. Hal lain adalah kesadaran warga untuk selalu menjaga kebersihan dengan tidak membuang sampah di jalan. Ya sudahlah kita nikmati hasil jepretanku ini, sebuah foto bisa memberikan sebuah cerita dalam kesunyian...



Jembatan Mahakam
Santai
Kereta Terhenti
Kereta Terlupakan
Kuda Terdiam
Perahu Naga Tua
Jurassic Kesepian
Kereta Beranjak
Menunggu Naga Berayun
Andaikan Berayun
















Rabu, 06 November 2013

Mini Trip At Mahakam River: Other Side

     Hari libur tapi gak tau kemana, sedangkan dompet serasa ada bawangnya membuat air mata meleleh saat membukanya. Bukan waktunya berkeluh kesah, kata temenku di FB menikmati keterbatasan yang ada merupakan ungkapan rasa syukur. Nah daripada bengong dirumah dengan berbekal kamera pinjaman punya sepupu yang cantik kita dolan saja, langsung setelah hari mulai cerah kita berdua nongkrong di tepian sungai Mahakam sambil narsis sedikit. Monggo gan menikmati foto-foto ane... mohon keripik pedasnya ya gan....














Nostalgia di kota Tenggarong

     Tulisan sebelum ini aku sedikit memotret kota Tenggarong saat lebaran ke rumah saudara di tahun 2013, hari ini membuka kembali album foto-foto lama dan ketemu foto kota Tenggarong. Foto ini diambil saat liburan bulan Desember setelah kami menikah setahun yang lalu, saat itu kami berdua masih tinggal dan bekerja di Jogja. Dan saat itu jembatan Tenggarong  masih utuh belum runtuh, doa buat korban jembatan runtuh Tenggarong semoga arwah mereka tenang di surga. Sayang aku tidak sempat mengambil foto jembatan Tenggarong saat malam hari yang kata teman-teman cukup indah, mungkin bisa cari di mbah gugel seperti foto milik http://humas-kutaikartanegara.blogspot.com ini.

Foto milik Humas Kutai Kartanegara

Berikut ini foto hasil jepretan aku... mohon kripiknya biar makin mantep motretnya... monggo dinikmati....

Stadion Olah Raga 

Lembuswana di pulau Kumala

Naik kapal keliling pulau Kumala

Perahu penyeberangan pulau Kumala

Jembatan Gantung 

Tepian buat santai dekat jembatan gantung