Kamis, 10 Oktober 2013

Jawaban Sang Playboy Pada Anak Gadisnya


Opening

Seorang pria sebelum menikah sering dikenal sebagai penakluk hati wanita, ia tidak bermodalkan materi untuk menaklukan wanita. Hingga pada suatu ketika ia menikah dengan wanita biasa saja dan mempunyai dua anak puteri nan cantik. Sahabat dan keluarganya sangat terkejut atas pilihannya, mereka percaya bahwa hidup manusia akan berubah pada saatnya. Pada suatu hari Gabby membaca catatan ibunya yang tersimpan di Laptop peninggalannya, masa lalu ayah pun diketahui oleh Gabby. Berhari-hari ia membaca catatan ibunya, kadang ia tampak terkejut, tertawa dan tersenyum simpul. Gabby merasa penasaran mengapa ayahnya menikahi ibunya. Apakah karena cinta yang luar biasa? rasanya kurang logis, ayah begitu tampan, mempunyai tubug ideal, bahkan di usia sekarang raut wajahnya masih terlihat muda. Jika ayah ingin menikah lagi dengan wanita muda tentu ia bisa lakukan, tapi selama ini ayah lebih sibuk mengurus kedua putrinya dan pekerjaannya. Sore itu ia bertanya pada ayahnya
"Benarkah ayah dulu seorang playboy?"
Ayah terdiam sejenak, ia merasa hal ini pasti terungkap.
"Iya, emang kenapa dik?"
"Pengen tau saja ayah, apakah ayah mencintai mereka semua?"
"Iya ayah pernah mencintai mereka"
"Kalo gitu ayah gak punya cinta sejati?"
Ayah agak tertegun sejenak lalu ia menjawab
"Ayah pernah memilikinya tapi kemudian hilang"
Si anak mencoba memahami perkataan ayahnya
"Lalu mengapa ayah menikah dengan ibu jika ayah bisa mendapatkan semua wanita cantik, apakah cinta ibu lebih besar dari ayah?"
Anak gadisnya kali ini bertanya dengan sangat serius
"Jika ku jawab pun kamu mungkin belum mengerti tapi kelak kamu akan tau"
"Apa itu ayah?"
Tanya anak gadisnya penasaran
"Ibumu memahami ayah dengan kasihnya"
Dengan tersenyum ayah mencium kening putrinya. Anak gadis itu masih penasaran dan semua jawaban itu hanya ibu yang tahu, lalu ia memandang ke langit penuh bintang dan rembulan purnama, dengan lirih ia berbisik pada langit "apa rahasia cintamu ibu hingga sekarang ayah masih setia pada ibu"


Flashback

Tanpa terasa bayangan hitam putih masa kecilnya menyeruak ke dalam matanya, wajah ibunya yang cantik selalu ia pandangi penuh dengan kelembutan. Ayahnya setiap pagi-pagi sekali terbangun membantu ibu memasak, menyiapkan semua masakan yang akan dibawa ke sekolah. Pada suatu kali ia terbangun dari tidurnya, tidak didapatinya ayah dan ibunya yang biasa tertidur mengapitnya. Lalu menangis seakan kesepian karena tidak ada yang memeluknya, ibunya menghampirinya dikamar memeluk dirinya.

"Kenapa sayang kok menangis? sini peluk ibu..."
Yaa... saat itu biarpun sudah Sekolah Dasar ia masih menjadi anak manja, karena merupakan satu-satunya anak tunggal di saat kedua orang tuanya sudah berumur tua. Ibu lalu membawanya ke dapur, dilihatnnya ayah sedang memasak.
"Met pagi sayang kecilku... masih pagi-pagi kok sudah nangis sie?" lalu ayah mencium keningnya, mengambil dirinya dari pelukan ibunya dan menggendongnya sambil mengusap-usap punggungnya. 
"Gabby mau tidur lagi atau mau mandi buat ke sekolah"
ia hanya diam saja lalu melepaskan pelukan ayahnya dan turun.
"Gabby duduk disitu aja ya... ayah mau bantu ibu masak sambil nyuci baju"
ia duduk dikursi makan sambil menatap ayah dan ibunya sibuk menyiapkan segala sesuatunya pagi itu. Sejak itu ia selalu bangun pagi-pagi sekali menemani kedua orang yang dicintainya.
Tapi siapa sangka pada saat pertama kali Gabby masuk sekolah Menengah Pertama, tiba-tiba ia dijemput oleh tante dan om-nya disekolah. Dengan tergesa-gesa mengajaknya pulang dari sekolah, ia bertanya-tanya pada tante dan om-nya, mereka tidak memberikan jawaban yang jelas padanya. Hatinya mulai gelisah karena mulai merasakan sesuatu, perasaan sensitif ini diwariskan dari ayahnya yang kadang selalu ia sangkal. Kemudian mobil yang membawanya memasuki halaman Rumah Sakit dimana ia menangis kehilangan kakeknya, tiba-tiba ia seperti melihat kakeknya yang sudah tiada berada diseberang jalan tersenyum padanya, kakek terlihat lebih muda dari saat terakhir. Ia yakin itu kakek, Gabby lalu berteriak memanggil kakeknya, Tante dan Om-nya hanya saling memandang dalam diam. Ia mulai merasakan kesedihan yang sama lalu bertanya pada tantenya
"Tante, ada apa ini? kenapa kita ke sini? tadi Gabby melihat kakek, ia terlihat muda dan sangat tampan, ada apa ini"
Tante Gabby hanya terdiam, sekilas dilihatnya tante mengusap kedua matanya dengan sapu tangan. Sesampainya di depan gedung Gabriela, ia seperti melihat namanya terpampang, ia merasakan hembusan angin dingin mengiringi jalannya bersama tantenya. Hembusan angin inilah yang mengantarkan kepergian kakek, kata ayah itu pertanda malaikat maut datang menjemputnya. Gabby mulai makin gelisah tapi berusaha menyangkal perasaannya, karena hari ini ia akan mempunyai adik baru yang akan selalu ia nantikan. Selang beberapa lama ia sampai didepan kamar Gabriela 222, dilihatnya nenek sedikit sembab matanya, nenek menghampirinya memeluk dirinya sambil menangis. Tanpa tertahan ia berlari lalu dilihatnya ibunya terbaring lemah dengan bayi kecil disampingnya, ayahnya berdiri memeluk dirinya sambil berbisi 
"temui adik dan ibumu"
Gabby mendekati ibunya, dilihatnya adiknya yang masih mungil tertidur lelap sungguh cantik seperti malaikat kecil. Dibelainya rambut tipis adiknya sambil mengecup keningnya, bahu kanan Gabby terasa seperti ada yang memegangnya, ia pun menoleh ke samping dilihatnya ada kakek kesayangannya tersenyum. Gabby merasa ini ibunya akan pergi untuk selamanya, ia ingat pesan kakeknya sebelum pergi selamanya 
"Gabby kakek akan pergi, gabby jangan sedih ya... ingatlah kakek selalu tersenyum untukmu, kelak kakek akan kembali dan tersenyum untukmu, saat itu kamu akan memiliki kehidupan baru yang luar biasa..." 
Gabby merasa belum siap menerima semua ini, dengan histeris dia menjerit dan menangis sambil memeluk ibunya yang sudah lemah. Ibu membelai rambut putrinya itu dengan lembut lalu berkata 
"Gab,jaga adikmu ya... juga jaga ayahmu..." 
Gabby memeluk ibunya semakin erat seakan tak mau berpisah, airmatanya makin deras mengalir, suaranya makin tersengal-sengal.
"Sayang... Gabby anakku..."
"Iyaa maaa..."
Ibu tersenyum lembut ke arah Gabby sambil mengusap airmatanya, lalu ibu berkata
"Bawalah ibu dalam doa mu saat ini sayang..."
Dengan memeluk ibunya Gabby membisikkan doa di telinga ibunya, lalu ayah pun mengikuti doa yang dibisikan oleh Gabby, mereka bertiga berdoa bersama. Perlahan-lahan suara ibu mulai lirih perlahan, nafas ibu pun mulai perlahan sunyi, kemudian satu tarikan nafas panjang dengan bisikan doa ibu sudah tersenyum dalam damai. Gabby menangis sekuatnya sambil memeluk ibunya, seakan ia tidak bisa menerima kenyataan bahwa ibunya telah pergi selamanya.


Bersambung...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar